Najwa Shihab dan Wajah Ganda Hukum: Alarm untuk Kita Semua
Penegakan hukum di Indonesia dinilai berwajah ganda. Simak kritik Najwa Shihab, contoh inkonsistensi hukum, dan langkah nyata yang perlu diambil agar hukum kembali adil bagi semua.

Bayangkan kamu main sepak bola, tapi wasitnya punya aturan sendiri. Kadang pelanggaran ditiup peluit, kadang dibiarkan saja. Kalau begini, apa kita masih bisa percaya sama pertandingan itu? Nah, kira-kira seperti itulah kondisi penegakan hukum di Indonesia yang disorot Najwa Shihab. Hukum yang seharusnya jadi pedoman malah sering terlihat membingungkan. Artikel ini akan membedah fenomena “wajah ganda hukum”, kenapa masyarakat perlu peduli, dan langkah apa yang bisa dilakukan agar hukum tidak lagi jadi permainan satu pihak. Yuk, baca sampai tuntas, karena ini menyangkut masa depan kita bersama.
1. Apa Itu “Wajah Ganda Hukum”?
Najwa menyoroti inkonsistensi: di satu sisi hukum bisa keras, tapi di sisi lain bisa lunak bila menyangkut orang-orang tertentu. Masyarakat kecil sering jadi korban ketidakadilan, sementara elite punya jalan keluar.
2. Contoh Kasus Inkonsistensi
-
Hukuman ringan untuk korupsi kelas kakap.
-
Cepatnya proses hukum untuk rakyat kecil, bahkan untuk kasus sepele.
Fenomena ini jelas membuat publik mengernyitkan dahi.
3. Mengapa Situasi Ini Berbahaya?
Hukum yang tidak adil menciptakan jurang kepercayaan. Negara bisa kehilangan legitimasi jika rakyat sudah tidak percaya. Itu sebabnya, komentar Najwa bukan sekadar kritik, melainkan alarm keras bagi bangsa ini.
4. Dimensi Sosial dan Politik
-
Sosial: masyarakat makin apatis.
-
Politik: hukum bisa dipakai sebagai alat menekan lawan.
Dua hal ini jelas bertolak belakang dengan cita-cita reformasi hukum.
Solusi & Penutup
Untuk mengembalikan kepercayaan, ada beberapa langkah:
-
Pembenahan institusi hukum: rekrutmen aparat harus transparan.
-
Reformasi regulasi: aturan yang tumpang tindih perlu dibereskan.
-
Keterlibatan publik: masyarakat harus aktif mengawasi.
Najwa Shihab sudah menyalakan lampu merah. Pertanyaannya, maukah kita bersama-sama mengubah arah agar hukum tidak lagi jadi panggung sandiwara?
What's Your Reaction?






